MADINAH,– Pengalaman menarik dialami Sekjen DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI), Abdy Yuhana ketika tengah menunaikan ibadah di Masjid Nabawi Madinah beberapa Waktu silam.
Dia dipertemukan dengan salah seorang jamaah asal Sudan yang ketika Abdy memperkenalkan diri dari Indonesia, orang Sudan tersebut spontan menyebut nama Soekarno, presiden pertama Indonesia.
Abdy yang merupakan Wakil Ketua Hukum, Hak Asasi dan Perundang-undangan DPD PDI Perjuangan Jabar itu mengaku kaget mendengar orang Sudan tersebut menyebut nama Soekarno. Bahkan ditambah kata-kata Asia Afrika.
“Begitu kagetnya setelah memperkenalkan bahwa saya dari Indonesia, orang Sudan tersebut langsung mengucapkan Soekarno, Asia Afrika, sontak saya langsung terharu sekaligus bangga,” kata Abdy.
Abdy mengaku bangga karena prokmalamator Indonesia itu memang milik dunia. Selama ini dia hanya mendengar cerita-cerita warga dunia tentang Bung Karno dari orang lain.
“Namun saya dapat mendengarnya langsung,” ucapnya.
Abdy yang juga penulis buku Rute Indonesia Raya mengatakan, tanggal 6 Juni merupakan hari lahir Bung Karno 122 tahun silam.
Menurut dia, banyak hal yang bisa dieksplorasi dari berbagai macam konsepsi Bung Karno yang sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Dan saat ini perubahan dunia kembali datang Revolusi 4.0 dengan bertumpu ada kecerdasan buatan, kecepatan internet dan pengelolaan big data.
“Itulah ‘signal’ global yang sesungguhnya dalam kontek pikiran-pikiran Soekarno sudah dituangkan dalam berbagai macam tulisannya. Dalam kontek mengimbangi dan mengikuti ‘irama’ global maka perlu didorong investasi pada pembangunan Sumber Daya Manusia termasuk di dalamnya riset dan teknologi.
Dikatakan dia, Sumber Daya Manusia perlu terlebih dahulu melihat faktor pendidikan dan kesehatan karena kedua hal tersebut adalah faktor penting menuju Indonesia Emas 2045, 100 Tahun Indonesia merdeka. Sehingga, pendidikan dan kesehatan adalah penopang utama bagi kemajuan sebuah bangsa.
“Soekarno dengan berbagai gagasan atau isme, prestasi dan eksistensinya bagi Indonesia dan dunia akan selalu dikenang sepanjang masa, kita bangsa Indonesia bangga memilikinya,” ucapnya.
Dikutip dari tulisan Abdy, Bung Karno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901, dengan nama Koesno. Berdasarkan sejarah lahirnya itulah Bung Karno dijuluki Putra Sang Fajar. Ayahnya Raden Soekemi Sosrodihardjo seorang bangsawan Jawa, seorang guru dan penganut theosofi.
Ibunya Ida Ayu Nyoman Rai bangsawan kerajaan Singaraja, Bali. Hubungan Bung Karno dan ibunya sangat dekat. Pendidikan dari ibunya menekankan pentingnya budi pekerti dan jiwa kesatria dalam para tokoh cerita pewayangan, yang lekat dengan perjuangan hak-hak rakyat tertindas.
Dari kisah pewayangan itu, kesadaran dan semangat perjuangan Bung Karno untuk membebaskan rakyat Indonesia dari penindasan terbentuk.
Dari ayahnya, Bung Karno mendapatkan pembelajaran tentang karakter, keterbukaan, kecintaan pada alam dan pemahaman terhadap nilai keutamaan tat twam asi, tat twam asi yang artinya Dia adalah aku dan aku adalah dia; engaku adalah aku dan aku adalah engkau, yang melandasi kuatnya komitmen Bung Karno untuk melindungi mahkluk Tuhan.
Sementara itu dari pengasuhnya, Sarinah menginspirasi Bung Karno untuk mencintai ibu, mencintai dan mengasihi orang kecil (peduli terhadap wong cilik), dan mecintai umat manusia. (adv)