KOTA BANDUNG,– Jelang Pemilihan Legislatif, Presiden dan Kepala Daerah tahun 2024, Ketua Komisi I DPRD Jawa Barat, Bedi Budiman mengingatkan masyarakat agar jangan terjebak pada politik praktis.
Bedi mengingatkan agar semua elemen masyarakat agar tidak terjebak pada gerakan-gerakan politik praktis yang bisa memecah belah bangsa. Ia mencontohkan pada musim Pemilu 2019 lalu sampai timbul gejala perpecahan dua kubu pendukung calon Presiden.
Lima tahun lalu pada masa Pilgub DKI, kemudian melangkah ke Pilpres 2019 muncul fenomena kampret-kecebong, tetapi sesungguhnya masyarakat kemudian menyadari bahwa itu hanya sekedar politik praktis. Dan kenyataannya Jokowi terpilih sebagai Presiden, dan Prabowo sebagai lawan Jokowi, diangkat menjadi Menteri Pertahanan RI.
“Dua-duanya sama-sama membangun negeri. Jadi buat apa kemarin sampai sebegitu ngerinya sampai-sampai menimbulkan korban, seolah-olah soal benar dan salah, soal surga dan neraka,” ujar Bedi.
Maka, tegas Bedi, fenomena tersebut harus dijadikan pelajaran untuk pencerdasan politik masyarakat saat ini menjelang perhelatan politik 2024 mendatang, jangan sampai kembali terjebak pada politik praktis.
Politisi PDI Perjuangan ini juga mengatakan pada era orde baru Pancasila malah dijadikan sebagai alat untuk menekan lawan politik. Secara tidak disadari, muncullah politik identitas kala itu yang telah mengusik Pancasila sebagai falsafah bangsa.
Lahirnya Pancasila, kata dia, tidak bisa dilepaskan dari peran Ir Soekarno sebagai Presiden RI pertama, yang menyampaikan bahwa filosofi bangsa paling komprehensif dan koherensi yaitu Pancasila.
“Maka kita harus percaya diri bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan Pancasila,” pungkas dia. (adv)