KOTA BANDUNG,- Sosok Proklamator, sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno atau sering disapa Bung Karno, bagi Sekjen DPP PA Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Abdy Yuhana, Bung Karno adalah sosok inspiratif dan membanggakan.
Abdy bercerita, saat dirinya mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi beberapa tahun lalu ia bertemu warga negara Sudan yang langsung menyebut nama Soekarno dan Konferensi Asia-Afrika, ketika dia mengatakan berasal dari Indonesia.
“Saya langsung terharu sekaligus bangga karena Bung Karno ‘milik’ dunia. Selama ini saya hanya mendengar testimoni oleh warga dunia tentang Bung Karno dari orang lain, ternyata saya langsung mendengarkan sendiri,” kata dia.
Jasa besar Bung Karno ini kata dia akan kian terasa lengkap, bila sepak terjangnya selama berupaya memerdekakan Indonesia terpotret menjadi sebuah cerita yang diurut berdasarkan tanggal.
“Dimulai dari 1 Juni, dimana Bung Karno berpidato dalam sidang BPUPKI yang menjawab keinginan peserta sidang untuk membicarakan tentang dasar negara Indonesia dengan mengusulkan tentang Pancasila dan hari ini tanggal 6 Juni merupakan hari lahirnya Bung Karno dan 21 Juni wafatnya,” ucapnya.
Termasuk sejarah hidup Bung Karno, yang dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur pada 1901. Anak dari Raden Soekemi Sosrodihardjo seorang bangsawan Jawa, seorang guru dan penganut theosofi dan Ida Ayu Nyoman Rai, bangsawan kerajaan Singaraja, Bali.
“Hubungan Bung Karno dan ibunya sangat dekat. Pendidikan dari ibunya menekankan pentingnya budi pekerti dan jiwa kesatria dalam para tokoh cerita pewayangan, yang lekat dengan perjuangan hak-hak rakyat tertindas. Dari kisah pewayangan itu, kesadaran dan semangat perjuangan Bung Karno untuk membebaskan rakyat Indonesia dari penindasan terbentuk. Dari ayahnya, Bung Karno mendapatkan pembelajaran tentang karakter, keterbukaan, kecintaan pada alam dan pemahaman terhadap nilai keutamaan untuk melindungi makhluk tuhan,” paparnya.
Sementara dari pengasuhnya Sarinah, Soekarno diajarkan untuk mencintai ibu, mencintai dan mengasihi orang kecil dan mecintai umat manusia. Belum lagi Bung Karno turut merumuskan gagasan revolusioner, yang disebut Marhaenisme.
Diawali pertemuannya dengan seorang petani yang bernama Ki Marhaen di daerah Bandung Selatan, sebagai implementasi pisau analisa psikologi massa, historis materialisme selain pemahamannya tentang geopolitik.
“Di Bandung pula Bung Karno menyampaikan Pledoi (pembelaan) di hadapan sidang pengadilan yang dulu dikenal dengan Landraad. Bung Karno namakan sebagai Indonesia Menggugat. Pledoi yang isinya perlawanan terhadap kapitalisme dan imperialisme pada zamannya tersebut mengguncang dunia,” imbuhnya.
Belum lagi gagasan-gagasannya kata Abdy mampu membuat dunia terkesima. Sehingga wajar, bila Bung Karno layak dikenang dengan penuh kebanggaan bagi masyarakat Indonesia.
“Soekarno dengan berbagai gagasan (isme), prestasi dan eksistensinya bagi Indonesia dan dunia akan selalu dikenang sepanjang masa, kita bangsa Indonesia bangga memilikinya. Dirgahayu Bung Karno ke 122 Tahun,” tutup Sekjen DPP PA GMNI ini. (adv)