Pemkot Bandung Siapkan Program Sampah Gaslah, Libatkan 1.597 Petugas Pemilah Sampah

Bagikan Artikel

BANDUNG. – Kota Bandung kembali menunjukkan bahwa kolaborasi menjadi hal penting dalam semangat pengelolaan sampah. Lewat gelaran KG Cup 2025 Clean Up and Healthy Movement, ratusan warga, komunitas, hingga karyawan Kompas Gramedia turun langsung membersihkan Taman Maluku dan Taman Inklusi.

Gerakan ini menjadi gambaran kolaborasi antara masyarakat dan berbagai pihak semakin vital untuk mengatasi persoalan sampah yang terus bertambah setiap hari.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan membuka kegiatan dengan apresiasi kepada Kompas Gramedia yang ikut membantu penanganan kebersihan kota Bandung.

“Ternyata di Taman Maluku atau Taman Inklusi ini para petugasnya cuma sedikit, jadi perlu bantuan. Maka saya tugaskan karyawan KG di Kota Bandung untuk bantuin para petugas,” ujarnya di Taman Maluku, Jumat 5 Desember 2025.

Di balik canda itu, Farhan menjelaskan, fakta kondisi sampah Bandung yang menuntut kolaborasi.

Berdasarkan data resmi Kementerian Lingkungan Hidup, timbulan sampah Kota Bandung mencapai 1.492 ton per hari, dengan 60 persen di antaranya berupa sampah organik. Dari jumlah tersebut, hanya 981 ton yang bisa diangkut ke TPA.

“Sisanya sekitar 500-an ton itu kita kelola di dalam Kota Bandung. Sampai sejauh ini semua fasilitas yang kita bangun baru bisa mengelola 250 ton. Target akhir tahun ini 320 ton, dan pertengahan 2026 bisa 500 ton,” jelasnya.

Farhan merinci empat proses besar yang harus dilakukan kota: pemilahan, pengolahan, pemanfaatan, dan pemusnahan.

Ia memastikan, teknologi seperti insinerator kecil berkapasitas 10 ton digunakan secara ketat. Sedangkan sektor daur ulang plastik semakin maju terutama di kawasan Cigondewah.

Sementara itu, sejumlah pasar perlahan berbenah dan menyiapkan inovasi pengelolaan sampah.

“Kalau Anda datang ke Pasar Gedebage, kita sudah punya pengolahan 20 ton sehari untuk sampah organik,” kata Farhan.

BACA JUGA  Cegah Genangan, DSDABM Bandung Siap Keruk Sungai dan Siapkan Pompa di Cimincrang

Ia juga menyebut rencana pengembangan fasilitas di Pasar Caringin dan Ciwastra, termasuk kemungkinan menjadikan area terminal lama sebagai lokasi pengolahan berbasis komunitas.

Meski begitu, Pemkot Bandung menyadari kapasitas internal masih terbatas. Karena itu, partisipasi warga sangat penting. Farhan mengaku senang melihat warga Kota Bandung yang tidak hanya kritis, tetapi juga ikut bertindak.

“Warga Kota Bandung sangat kritis. Namun, pada saat bersamaan mereka tidak hanya sekadar mengkritik tapi juga melakukan sesuatu,” ujarnya.

Ia berharap aksi bersih-bersih oleh Kompas Gramedia menjadi contoh bagi komunitas lainnya.

Di sisi lain, Pemkot Bandung kini menyiapkan program Sampah Gaslah dengan merekrut 1.597 petugas pemilah dan pengolah sampah (Gaslah). Mereka akan membantu pemilahan dari rumah ke rumah.

“Mereka tugasnya datang ke setiap rumah, bantu milah, yang organiknya diambil lalu diolah,” jelasnya.

Sedangkan dari sisi ekonomi, Farhan menyebut potensi nilai sampah sangat besar. Kendati demikian, ia juga menyebut sampah tidak bisa dianggap komoditas sederhana karena dalam satu kemasan saja ada banyak jenis material berbeda.

“Dari 1.500 ton sampah, satu tonnya itu senilai Rp315.000. Itu belum termasuk biaya pengangkutan Rp90.000 dan PPN 11 persen. Jadi hampir Rp450.000 per ton kali 1.500 ton per hari,” ujarnya.

Sebagai penutup, Farhan menekankan pentingnya gerakan kolaboratif seperti yang berlangsung di Taman Maluku. Warga, komunitas, swasta, dan pemerintah masing-masing punya peran.

Langkah kecil seperti memungut sampah di taman mungkin terlihat sederhana, tetapi dari sana lahir kesadaran bersama, bahwa kota Bandung tidak akan bersih hanya dengan mengandalkan petugas kebersihan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *