KOTA BANDUNG,- Ketua Komisi I DPRD Jawa Barat Bedi Budiman mengatakan bahwa Pancasila memiliki dua dimensi, yakni sebagai Meja Statis atau perekat dari keseluruhan diskursus pemikiran dan keyakinan yang hidup di Indonesia.
Bedi menuturkan Pancasila juga merupakan Leitsar Dinamis atau bintang pemimpin yang berfungsi sebagai penuntun arah atau titik tuju dari kemerdekaan bangsa Indonesia.
“Founding father kita, Soekarno mengatakan Pancasila sebagai Phisophische Grondslag. Tetapi tidak berhenti sampai di situ, Pancasila menurut Bung Karno terdiri dari dua dimensi, yakni sebagai perekat pemikiran dan penuntun arah dari kemerdekaan bangsa Indonesia.Pada dimensi penuntun atau pedoman itulah Pancasila berfungsi sebagai ideologi, mengingat definisi ideologi adalah suatu sistem ide atau pemikiran yang membentuk tatanan sosial menuju tujuan bersama,” kata Bedi.
Bedi menambahkan dari aspek ontologi, epistemogi dan aksiologi dalam filsafat. Diapun menjelaskan sebab musabab sejarah kelahiran ideologi dari era Renaissance Perancis, sebagai penguat narasi jawabannya.
Bung Karno, kata Bedi, juga mengatakan Pancasila sebagai Weltanschauung (bahasa Jerman) yang berarti ‘pandangan dunia’, Weltanschauung adalah manifestasi dari filsafat, kata ini mengacu pada kerangka kerja ide dan kepercayaan bagaimana bangsa Indonesia menafsirkan dunia dan berinteraksi didalamnya,” kata Bedi.
Bedi mengutip pernyataan Yudi Latif penulis buku “Negara Paripurna; Historitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila” dan mantan Kepala BPIP, yang mengatakan bahwa “untuk menjadi Weltanschauung, pemikiran filosofis itu harus dijadikan sikap atau pendirian orang mengenai tatanan kehidupan, pemikiran yang abstrak beralih menjadi sikap pendirian hidup yang diterima dan dijalankan”.
Sementara ideologi didefinisikan “sebagai seperangkat keyakinan dan paradigma pengetahuan yang menyeluruh dan sistematis yang memberikan landasan interpretasi untuk bertindak”.
“Secara eksplisitpun jelas dalam pidato 1 Juni 1945 Bung Karno mencontohkan Pancasila sebagai weltanschauung disandingkan dengan ideologi-ideologi yang ada di dunia,” ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan ini juga mengungkapkan secara gamblang dapat disimak pidato Soekarno di Sidang Umum PBB tahun 1960, yang berjudul “to Build The World a New” dimana beliau menolak pandangan Bertrand Russel bahwa dunia dibagi dalam dua ideologi yakni liberalisme dan komunisme.
“Presiden Soekarno mengatakan “Indonesia tidak akan mengikuti konsepsi liberal ataupun konsepsi komunis.Apa gunanya? dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri tumbuhlah sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih sesuai, sesuatu yang jauh lebih cocok, yakni Pancasila”. Statement Presiden RI ini jelas mendudukan Pancasila sebagai ideologi yang mumpuni tidak hanya untuk bangsa Indonesia tapi juga untuk dunia,” pungkas Bedi. (adv)