DPRD Jawa Barat: Hindari Kebijakan Gegabah, Lindungi Ekologi Pendidikan

Bagikan Artikel

BANDUNG – DPRD Provinsi Jawa Barat menyoroti kebijakan Gubernur Jawa Barat terkait penambahan rombongan belajar (rombel) di sekolah negeri dalam rangka mencegah anak putus sekolah.

Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Ono Surono, menilai kebijakan tersebut mengandung konsekuensi serius terhadap keberlangsungan sekolah swasta dan menuntut solusi cepat dan berbasis data.

“Kami memahami semangat pencegahan anak putus sekolah, tapi jangan sampai kebijakan ini menjadi bumerang bagi sekolah swasta yang sudah lama menjadi mitra strategis pemerintah,” tegas Ono dalam pernyataannya, Minggu (13/7).

Menurutnya, pemerintah harus menyadari bahwa korban dari kebijakan penambahan rombel negeri secara masif adalah ribuan sekolah swasta, terutama yang berada di lingkungan urban dan semi-urban yang selama ini menopang sistem pendidikan menengah.

“Sudah ada dampak nyata: menurunnya jumlah murid, potensi PHK guru honorer, bahkan ancaman gulung tikar. Jangan anggap enteng ini hanya ‘masalah teknis’,” tuturnya.

Kritik atas Respons Gubernur

Ono menyayangkan pernyataan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang dalam tanggapan publik hanya mengatakan “bisa kita cari jalan lain”.

“Ini bukan soal mencari jalan lain. Ini soal nasib ekosistem pendidikan kita. Tidak elok seorang Gubernur menjawab normatif dalam isu yang sangat berdampak sistemik dan menyentuh kehidupan para pendidik swasta,” ujarnya.

Desak Penyusunan Big Data Sekolah

DPRD Jabar mendesak agar Pemprov segera menyusun dan membuka big data pendidikan, mencakup daya tampung sekolah negeri dan swasta per kecamatan, peta kebutuhan murid, zonasi, hingga rekam jejak kinerja sekolah.

Hal ini diperlukan sebagai landasan ilmiah dan partisipatif dalam setiap pengambilan kebijakan pendidikan.

“Sudah saatnya Jawa Barat memimpin dengan pendekatan berbasis data, bukan sekadar intuitif atau emosional.”

BACA JUGA  DPRD Jabar Soroti Pengelolaan Aset di Jabar

Superman vs Superteam

Ono Surono juga mengingatkan gaya kepemimpinan Gubernur agar tidak terjebak pada pendekatan satu orang yang serba bisa.

“Jangan bangun gaya Superman. Bangunlah Superteam. Dunia pendidikan ini bukan panggung aksi tunggal, tapi kerja kolaboratif yang melibatkan pemda, DPRD, sekolah negeri dan swasta, serta masyarakat,” kata dia.

Solusi Cepat

Sebagai langkah taktis dan solutif, DPRD Jabar mengusulkan agar Pemerintah membuat moratorium penambahan rombel negeri di zona yang masih ada kapasitas swasta.

Kemudian, menyediakan subsidi afirmasi untuk murid miskin yang masuk sekolah swasta dan menggelar dialog terbuka antara Pemprov dan asosiasi sekolah swasta.

“Menjadikan sekolah swasta mitra resmi dalam program Pencegahan Anak Putus Sekolah (PAPS),” ungkap Ono.

Ono menegaskan DPRD Jawa Barat akan terus mengawal kebijakan pendidikan agar tetap berkeadilan, proporsional, dan tidak diskriminatif.

“Semangat memajukan pendidikan harus diiringi dengan kehati-hatian, empati, dan ketepatan arah kebijakan,” tandasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *