BANDUNG. – Upaya serius untuk mengatasi persoalan sampah kembali dilakukan Pemerintah Kota Bandung. Pada Rabu 19 November 2025 malam, tumpukan sampah di TPS Ence Aziz yang sudah menggunung sejak September, setinggi 370 meter kubik atau sekitar 180 ton, mulai ditangani secara masif.
Korwil Bojonegara, Joko Endang Selamet, memastikan pengerahan penuh dilakukan untuk menuntaskan persoalan yang sudah berlarut.
“Target malam ini selesai. Kita kerahkan total 27 armada,” ungkapnya di lokasi TPS Ence Aziz, Kebon Jeruk, Kota Bandung, Rabu, 19 November 2025.
Penumpukan yang terlihat mencolok di TPS Ence Aziz bukan terjadi dalam semalam. Menurut Joko, kondisi ini merupakan akumulasi selama hampir dua bulan terakhir.
“Setiap hari sebenarnya ada pengangkutan. Tapi karena tonase armada dikurangi, akhirnya terjadi penumpukan hingga sebesar ini,” jelasnya.
Untuk mengejar target pengosongan total, DLH Kota Bandung menurunkan komposisi armada besar. Di antaranya 6 truk tronton, 11 unit LH12, 2 unit semi, dan 8 unit armada 6 meter kubik.
“Semua kekuatan kita keluarkan. Mobil bergerak terus, bergantian, supaya tumpukan bisa habis malam ini,” katanya.
Armada tersebut terlihat hilir-mudik di lokasi hingga larut, membawa sampah yang sudah membentuk gunungan tinggi di lahan TPS.
Joko menjelaskan, sistem lama yang menggunakan kontainer justru menjadi pemicu penumpukan. Kontainer sering tidak dapat ditarik karena kelebihan muatan, sehingga warga akhirnya menurunkan sampah di tanah.
“Itu sebabnya tumpukan makin besar. Kontainer penuh, tidak tertarik, warga taruh di bawah, lama-lama menggunung,” jelasnya.
Setelah berkoordinasi dengan kelurahan, wilayah, dan para tukang roda, diputuskan bahwa TPS Ence Aziz tidak lagi menggunakan kontainer. Sebagai gantinya, diterapkan sistem rute.
“Dengan sistem rute, warga hanya buang sampah ketika mobil datang. Jadi tidak ada lagi yang menurunkan sampah sepanjang hari,” terang Joko.
Selain itu, mesin gibrik dioptimalisasi untuk mengurangi volume sampah sebelum diangkut.
Joko menerangkan, persoalan sampah tidak bisa selesai tanpa peran masyarakat. Apalagi Bandung tidak memiliki TPA sendiri, sehingga sangat bergantung pada TPA provinsi yang kondisinya kini overload.
“Kalau tidak dipilah, semuanya menumpuk di TPA. Organik, anorganik, residu, semua dibuang. Itu membuat TPA cepat penuh,” ujar Joko.
Ia kembali mengajak warga untuk memilah sampah sejak rumah. Sampah organik dijadikan kompos, anorganik disetor ke bank sampah. Sedangkan residu dibuang ke TPA.
“Kalau pemilahan dilakukan, volume sampah yang dibuang bisa berkurang drastis,” tambahnya.
Joko berpesan, keberlanjutan penanganan sampah adalah kerja bersama.
- “Sampah ini tanggung jawab kita semua. Kalau masyarakat memilah sampah dengan benar, Insyaallah volume yang dibuang makin sedikit dan umur TPA bisa diperpanjang,” ujarnya.

